Kelayakan Bisnis Menuju Konveksi Pakaian Studi Kasus Pakaian

meltechconfex

Kelayakan Bisnis Menuju Konveksi Pakaian: Studi Kasus Pakaian

Kelayakan Bisnis Menuju Konveksi Pakaian: Studi Kasus Pakaian – Raiment merupakan perusahaan UMKM yang bergerak dibidang konveksi pakaian yang bertujuan untuk memberikan kemudahan melalui penjualan dan pemesanan secara online.

Kelayakan Bisnis Menuju Konveksi Pakaian: Studi Kasus Pakaian

Namun saat ini masih belum memiliki rumah produksi sendiri dan masih melakukan outsourcing dengan menggandeng perusahaan lain dalam produksinya, karena bisnis Raiment dinilai belum memenuhi ekspektasi dari pertumbuhan yang stagnan dan pendapatan yang tidak stabil.

Raiment ingin membuka rumah produksi sendiri agar tidak bergantung pada perusahaan lain dalam produksinya dan bisa memaksimalkan keuntungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan finansial dari Raiment untuk membuka rumah produksi sendiri. https://3.79.236.213/

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara dan data historis perusahaan sebagai data primer, serta data sekunder dari tinjauan pustaka, jurnal, dan buku. Dalam studi ini, analisis industri juga dilakukan melalui analisis PESTEL dan lima kekuatan porter, serta tentang perusahaan melalui SWOT dan laporan keuangan.

Untuk menganalisis permasalahan yang ada pada perusahaan digunakan diagram tulang ikan. Dan untuk menganalisis kelayakan finansial strategi perusahaan membuka rumah produksi sendiri dengan menggunakan metode payback period, net present value, dan internal rate of return. Investasi pembukaan rumah produksi akan dibiayai dari ekuitas sebesar Rp66.500.000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Raiment layak untuk membuka rumah produksi sendiri, dengan payback period 1,4 tahun, NPV positif sebesar Rp 235.260.441, dan IRR sebesar 36,08% yang lebih besar dari biaya modal sebesar 4,18%. serta tentang perusahaan melalui SWOT dan laporan keuangan.

Untuk menganalisis permasalahan yang ada pada perusahaan digunakan diagram tulang ikan. Dan untuk menganalisis kelayakan finansial strategi perusahaan membuka rumah produksi sendiri dengan menggunakan metode payback period, net present value, dan internal rate of return. Investasi pembukaan rumah produksi akan dibiayai dari ekuitas sebesar Rp66.500.000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Raiment layak untuk membuka rumah produksi sendiri, dengan payback period 1,4 tahun, NPV positif sebesar Rp 235.260.441, dan IRR sebesar 36,08% yang lebih besar dari biaya modal sebesar 4,18%. serta tentang perusahaan melalui SWOT dan laporan keuangan. Untuk menganalisis permasalahan yang ada pada perusahaan digunakan diagram tulang ikan.

Dan untuk menganalisis kelayakan finansial strategi perusahaan membuka rumah produksi sendiri dengan menggunakan metode payback period, net present value, dan internal rate of return. Investasi pembukaan rumah produksi akan dibiayai dari ekuitas sebesar Rp66.500.000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Raiment layak untuk membuka rumah produksi sendiri, dengan payback period 1,4 tahun,

NPV positif sebesar Rp 235.260.441, dan IRR sebesar 36,08% yang lebih besar dari biaya modal sebesar 4,18%. nilai sekarang bersih, dan tingkat pengembalian internal. Investasi pembukaan rumah produksi akan dibiayai dari ekuitas sebesar Rp66.500.000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Raiment layak untuk membuka rumah produksi sendiri, dengan payback period 1,4 tahun, NPV positif sebesar Rp 235.260.441, dan IRR sebesar 36,08% yang lebih besar dari biaya modal sebesar 4,18%. nilai sekarang bersih, dan tingkat pengembalian internal.

Investasi pembukaan rumah produksi akan dibiayai dari ekuitas sebesar Rp66.500.000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Raiment layak untuk membuka rumah produksi sendiri, dengan payback period 1,4 tahun, NPV positif sebesar Rp 235.260.441, dan IRR sebesar 36,08% yang lebih besar dari biaya modal sebesar 4,18%.

REFERENSI

Adwiyah, R., Cintyawati, C., Firmansyah, F., Mustikawati, F., Fatimah, S., & Islami, V. (2020). Meningkatkan Kinerja Industri Kreatif Konveksi Melalui Supply Chain Management dan Brand Image Enhancement. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200225.132

Amanor-Boadu, V. (2003). Menilai Kelayakan Proposisi Bisnis.

Auken, HV, & Carraher, S. (2013). Pengaruh Frekuensi Penyusunan Laporan Keuangan Pada UKM Bank Indonesia. (2015). Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Dunska, M., & Marcinkevica, A. (2017). Situasi dan Peluang Pengembangan Perusahaan Industri Kreatif di Latvia. Jurnal Studi Penelitian Eropa, Volume XX, Edisi 3A, 96-114, 2017. DOI: 10.35808/ersj/698

Parlemen Eropa. (2021). Dampak Produksi Tekstil dan Limbah Terhadap Lingkungan. https://www.europarl.europa.eu/news/en/headlines/society/20201208STO93327/the-impact-of-textile-production-and-waste-on-the-environment-infographic

Fight, A. (2006). Peramalan Arus Kas. Oxford.

Fitriani, R. (2017). Aspek Hukum Legalitas Perusahaan atau Badan Usaha dalam Kegiatan Bisnis.

Gitman, LJ, & Zutter, CJ (2015). Prinsip-prinsip Keuangan Manajerial (edisi ke-14). Harlow: Pearson.

Hidayat, ART, & Asmara, AY (2017). Industri kreatif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia: Perspektif sistem inovasi daerah. Seri Konferensi PersIOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan, 70, 012031.doi:10.1088/1755-1315/70/1/012031

Kelayakan Bisnis Menuju Konveksi Pakaian: Studi Kasus Pakaian

Hox, JJ, & Boeije, HR (2005). Pengumpulan Data, Primer vs. Sekunder.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (2018). www.kemenperin.go.id

Perusahaan McKinsey. (2018). Keadaan Mode 2018.

Read More